foto: google.com
Aku takut, ia memberi semangat. Aku bersedih, ia menenangkan. Aku melakukan kesalahan, ia
memperingatkan Aku merasa gagal, ia pula yang memotivasiku agar terus berusaha.
Ialah wanita yang menyayangiku sepanjang masa.
Semua yang dilakukan sangatlah berarti,
kebiasaannya, perilakunya, dan kebaikannya membuat hati menjadi tenteram.
Meskipun terlihat lemah di mata, tetapi di dalam dirinya terdapat kekuatan
sehingga ia bisa menghadapi situasi apapun. Dia adalah Ibuku tercinta.
Dahulu saat aku lahir ke dunia ini, ia
mempertaruhkan nyawanya --walau aku tidak melihat secara langsung-- demi anak
yang dilahirkan. Aku tidak tahu apa yang ia rasakan, tetapi pasti ia merasakan
sakit yang luar biasa. Karena itulah aku yakin bahwa seorang pria yang menemani
ia adalah sosok yang juga kuat, gagah, tangguh, disiplin, dan bertanggung
jawab.
Selain Ibuku, ayahku adalah pria yang sangat gagah.
Aku tahu bahwa ia yang mengumandangkan azan di telingaku ketika aku lahir.
Sosok gagah, kuat, tangguh, disiplin, dan bertanggung jawab, yang tidak pernah
meneteskan air mata meski sesedih apapun situasinya, ialah Ayahku.
foto: Fikri
Dahulu semasih aku kecil, mereka telah berjuang
segalanya untukku. Apalagi Ibuku yang selalu ada di mana pun ketika aku
membutuhkannya. Memang dengan Ayah, aku tidak dekat. Tetapi aku tahu bahwa ia
pun kerja keras banting tulang untuk mencari nafkah demi keluarganya. Meskipun
ada sifat yang sangat buruk darinya yaitu selalu memiliki emosi dan amarah yang
besar, karena ia memiliki darah tinggi. Namun, ia seperti itu karena ada satu
kesalahan yang dibuat, sehingga dapat memicu emosi dan amarahnya yang besar.
Ketika kesalahan itu dibuat oleh seorang anak, maka amarah dan emosi ia akan
keluar. Jika kesalahan itu dibuat oleh Ibuku, lainlah rasa emosi dan marahnya.
Ia mampu meredam agar tidak kasar kepada wanita yang dicintainya.
Ibu dan Ayahku sama-sama bekerja, namun Ibuku
bekerja tidak terlalu keras, hanya untuk membantu Ayah mengurangi beban
ekonomi. Karena ia tahu bahwa Ayah akan terus bekerja keras sampai akhir
hayatnya. Mereka berdua berprofesi sebagai guru.
Aku sangat ingat kejadian semasih balita, Ibuku
mengajarkanku menaiki sepeda dan menemaniku memperbaiki sepeda di bengkel. Saat
itu, aku meluncur dari atas jalan yang menurun tetapi aku tidak bisa
mengendalikan sepedaku hingga akhirnya aku menabrak tembok dan terjatuh. Ia
berlari dari atas jalan tersebut untuk membangunkanku supaya memastikan aku
tidak terjadi hal yang fatal. Begitu pula saat aku diajak ikut ke sekolah Ibu,
aku dibuat takut oleh teman Ibuku, ia menghampiri dan menenangkanku. Sama
seperti aku diejek oleh temanku karena tercebur ke dalam selokan atau ke dalam
kolam ikan.
Ibuku memberikan banyak pelajaran yang dapat aku
ingat terus, sedangkan Ayahku memberikanku cara-cara untuk menjalani hidup
menjadi lebih baik dan cara agar menjadi pria yang bertanggung jawab. Saat aku
mempunyai masalah atau kesalahan yang besar, maka aku menceritakan itu kepada
mereka. Ayahku yang selalu memberikan respons pertama untuk memberi cara agar
masalah atau kesalahan yang aku perbuat mendapat jalan keluarnya.
Sampai saat ini mereka, Ibu dan Ayahku, masih terus
memberikan pelajaran yang belum aku ketahui dan memberikan cara-cara untuk
hidup di dunia ini. Kenangan dari mereka tidak akan pernah bisa terhapuskan
dari ingatanku. Akan selalu ada, kekal, dan abadi. Hanya maut yang dapat
membuat semuanya menghilang. Mereka adalah orang tua yang sangat berjasa
untukku dan kehidupanku di masa depan nanti.
Tak terasa dibalik keberhasilanku untuk kuliah di
salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN), kedua orang tuaku semakin menua.
Kerutan atau keriput di wajah semakin banyak, rambut yang memutih, dan
tenaganya tidak sekuat dahulu tetapi tetap bekerja dengan keras untukku, aku
tersadar. Orang tuaku adalah pahlawan dari
segala pahlawan. Tanpa mereka, tidak akan ada diriku sampai saat ini. Merekalah
pahlawan tanpa tanda jasa.
Jasa-jasa mereka yang sangat banyak, takkan sanggup
untukku membalasnya. Doa dan harapan yang selalu aku tujukan kepadanya. Setiap
doa dalam salatku, selalu berdoa, “Ya Allah berikanlah orang tuaku umur panjang
agar mereka bisa melihatku menjadi kebanggaan untuknya, dan sayangilah mereka
seperti mereka menyayangiku di waktu kecil.” Doa itulah yang terus aku
panjatkan kepada Allah SWT. Dan aku meminta kepada-Nya agar orang tuaku terus
sehat wal afiat dan tidak terkena penyakit apapun. Selain doa, canda dan tawa
yang tulus kepada mereka serta terus berusaha menjadi anak yang baik, berbakti,
dan menjadi anak saleh. Amin ya rabbalalamin.
0 Komentar