foto: Fikri

Pertama kali aku masuk ke kelas PB-D ini, aku merasa bahwa kalian yang terbaik. Jika dibandingkan dengan teman sekelasku saat SMP atau SMA, kalianlah yang terbaik dari yang terbaik. Selama 3 tahun dengan kalian, aku merasakan semua. Mulai dari sedih, senang, susah, gembira, canda, tawa, tangis, hingga pilu, kita selalu lalui bersama-sama. Terkadang dari kalian ada yang susah untuk diatur termasuk aku sendiri mungkin, namun tetap saja kompak karena rasa kekeluargaan yang tak terhingga.

Awal bertemu saat semester satu, aku sudah merasa kalian adalah orang-orang yang baik dan akan terus menjadi lebih baik. Kuyakin kita memang sudah ditakdirkan menjadi sepaket, meski kadang tak selalu sepakat, kata salah satu dari kita, Juni. Tanpa diketahui, masing-masing diri kita sudah saling melengkapi satu sama lain. Memang pertemuan pertama kali, aku merasa sedikit agak canggung. Aku pun belum bisa berbaur dengan yang lain. Kalian tahu sendiri kalau semester satu aku hanya sering kemana-mana bersama Dede dan Awwal. Tetapi, aku mencoba mengamati kalian, mengerti kalian, memahami kalian, membantu kalian, hanya berharap aku bisa diterima oleh kalian. Ternyata semakin lama, aku diterima oleh kalian. Bahkan, tiap harinya semakin asik pula.


Kalian semua memang memiliki kepribadian yang unik dan sangat-sangat berbeda satu sama lain. Tak tahu mengapa, perbedaan itu membuat kalian bisa menerima orang baru dalam lingkaran pergaulan. Tanpa disadari juga, aku dan kalian (kita) semakin kompak hingga semester berikutnya. Banyak rintangan menghadang, tetapi kita selalu melaluinya bersama. Banyak pula omelan dosen yang diterima, tetapi kita pun selalu bersama.


Rasa kekompakan dan kekeluargaan di antara kita semakin erat, kalau kata pepatah seperti, 'Hanya maut yang dapat memisahkan'. Hubungan dan rasa ini benar-benar membuat kita menjadi sebuah keluarga yang terkoneksi antarbatinnya, keluarga yang utuh meskipun dulu ada salah satu dari kita yang menghilang. Hal seperti itu tidak berpengaruh untuk kita, bahkan yang menghilang itu selalu berkomunikasi dengan kita begitu juga sebaliknya.





foto: Fikri

Ada banyak kenangan yang membekas di dalam hati. Salah satunya saat kita sedang Studek Jogja-Malang. Kita semua satu angkatan Teknik Grafika dan Penerbitan Program Studi Penerbitan/Jurnalistik mampir ke Pantai Cemara Sewu. Pantainya yang masih bersih dari sampah, angin sepoi-sepoi, udara yang sejuk, pemandangan laut yang biru ditemani dengan taman bunga yang cantik. Bukan kelas PB-D namanya kalau tidak rusuh. Melihat air, sudah pasti semua anggota kelas ini harus basah. Satu per satu dari kita didorong, ditarik, dan diceburkan ke air laut.


Air lautnya tidak yang dalam, dekat-dekat dengan gulungan ombak saja. Namun, curang karena ada dua anggota yang tiba-tiba hilang saat sesi cebur-ceburan ini. Seru, rusuh, gila, dan idiot, tapi kalian tetap aku sayang. Selama perjalanan di dalam bus pun sangat rusuh. Ani, salah satu anggota kelas, sempat-sempatnya merekam video ketika kita tertidur pulas. Dia sengaja membuatnya agar ada hal lucu dan unik selama perjalanan. Orang tidur malah direkam, ekspresinya pasti aneh dan bisa membuat kita tertawa saat menonton video itu.


Tak hanya momen saat Studek Jogja-Malang. Menjelang semester akhir, ketika itu kita semua akan sidang Tugas Akhir. Selalu pusing dan khawatir kalau sidang TA itu seperti apa, bagaimana menemukan judul yang bagus, bagaimana cara menjawab pertanyaan dari penguji. Mungkin ini salah satu titik jenuh kita, namun saat satu per satu sudah mulai sidang, kita semua datang. Datang untuk sekadar memberi semangat dan motivasi bagi yang akan disidang. Luar biasa. Dukungan, semangat, dan motivasi yang begitu tinggi membuat kita bisa melewati sidang TA dengan hasil cukup memuaskan.



foto: Dede

Ngomong-ngomong, di kelas ini aku dijuluki, 'Bapak'. Aku tidak tahu mengapa kalian memberiku julukan 'Bapak'. Menurut kalian, mungkin aku ini layaknya seorang Bapak yang mengayomi anak-anaknya, hahaha. Padahal kalau kata aku, sepertinya bukanlah seorang Bapak yang mengayomi. Aku hanya ingin berperilaku baik kepada kalian, tidak ingin mengecewakan kalian semua. Makanya, aku akan terus melakukan sebisaku agar kalian tidak kecewa terhadapku.


Setelah selesainya sidang TA, kita membuat rencana untuk berlibur bersama. Rencana liburan tersebut seminggu sebelum kita semua akan wisuda. Banyak tawa dan candaan kita untuk melengkapi indahnya liburan bersama. Momen yang paling tak terlupakan adalah hari itu, hari kita berkumpul dengan semua anggota meskipun ada yang datang menyusul. Sedih, haru, dan bahagia semua bercampur aduk kala kita mengungkapkan isi hati dari masing-masing anggota. Tukar kado esok hari menjadi penutup yang manis untuk liburan kita. Ada yang dapat celengan, buku, kotak pensil, bahkan ada yang dapat suvenir undangan pernikahan, hadeuh kalian itu modal dikit dong hahaha. Mentang-mentang minimal kado harganya sepuluh ribu rupiah, malah diisi suvenir undangan pernikahan.



foto: Fikri

Liburan bersama telah usai, wisuda pun menanti. Aku dan kalian semua bangga karena kita telah diwisuda. Hasil yang kita terima cukup baik dan cukup memuaskan. Kami diwisuda saat gladi bersih pada hari jumat, acara wisuda resmi baru keesokan harinya. Masih seperti biasa, gladi bersih menjadi sebuah momen yang bahagia untuk kita. Saling foto bersama, bercerita apa saja yang unik, dan banyak lagi.



foto: Fikri

Sumpah deh, repot kalau diceritain semuanya, nggak bohong! Entah berapa banyak kata, tulisan, tinta, ketikan, printer-an tukang foto kopi, pulpen, spidol, mulut-mulut bawel, candaan receh dan lain-lain yang harus dihabiskan untuk menceritakan kenangan yang sudah kita mulai dan mengakhirinya di sini. Mungkin bagiku, kata yang pantas untuk menyudahi kenangan ini adalah cukup. Dengan kata itu, aku mengerti sembilan hal, yaitu

  1. Cukup kalian yang ada di hatiku,
  2. Cukup kalian yang selalu kurindu,
  3. Cukup kalian yang membuat hidupku semakin berwarna,
  4. Cukup kalian yang membuat hidupku semakin bermakna,
  5. Cukup kalian yang terus kusayangi,
  6. Cukup kalian yang berarti, 
  7. Cukup kita keluarga paling bahagia,
  8. Cukup kita yang selalu bergembira, serta
  9. Cukup sekian dan terima kasih.